Translate

Pengunjung

free counters
Selasa, 13 Maret 2012

Sejarah dan Sekilas Gambaran Getah Karet.

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar–besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Ketika dimulainya ekspedisi Christopher Columbus yang dimulai sekitar abad ke 14 dengan mengelilingi dunia, Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat melantun atau memantul bila dijatuhkan ketanah. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks atau getah pohon karet) kemudian dipanaskan diatas api unggun dan dibulatkan seperti bola. Hal tersebut menjadikan catatan tersendiri pada perjalanan ekspedisinya.

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon–pohon itu hidup secara liar di hutan–hutan pedalaman Amerika yang lebat. Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuoneo. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Pada 1731 para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari–hari. Seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Havea brasilienss yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.

Seorang ahli kimia dari Iggris pada tahun 1770 melaporkan bahwa, karet digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. sejak 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama Rubber (dari kata to rub, yg artinya menghapus), sebelumnya remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan rubber-lah lebih populer di kalangan masyarakat awam.

Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan lengket dimusim panas, sampai seorang yang bernama Charles Goodyear yang melakukan penelitian pada 1838 menemukan bahwa, dengan dicampurkannya belerang dan dipanaskan maka keret tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.

Pada waktu pendudukan jepang di Asia Tenggara dalam Perang Dunia ke-II, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah Perang Dunia ke-II berakhir pada 1945. Dalam jangka waktu 3 tahun sesudah berakhirnya Perang Dunia ke-II, sepertiga karet yag dikonsumsioleh dunia adalah karet sintetik. Pada tahun 1983, diperkirakan hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, sebaliknya, karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang.

Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua Negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industry termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis.

Jenis – Jenis Karet

Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memilki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh keret sintetis. Adapun kelebihan–kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah :

1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna,
2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah,
3. Mempunyai daya aus yang tinggi,
4. Tidak mudah panas, dan
5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.

Karet alam, jika dipanaskan menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang ( kira–kira 2% ), ia menjadi bersambung–silangan dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang kembali ke keadaan semula dengan cepat.

Karet Alam
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara–negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Jenis–jenis karet alam yang dikenal luas yaitu :


Karet Bongkah

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilangkan menjadi bandela–bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber).

Standard Indonesian Rubber (SIR)



SIR 5L
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 50
Kadar kotoran maksimum
0,05%
0,05%  
0,10%  
0,20%  
0,50%  
Kadar abu maksimum
0,05%  
0,05%  
0,75%
1,00%  
1,50%
Kadar zat atsiri maksimum
1,0%   
1,0%   
1,0%   
1,0%   
1,0%   
PRI minimum
60
60
50
40
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
30
30
30
Limit warna (skala lovibond)maksimum
6
-
-
-
-
Kode warna
Hijau
Hijau

Merah
Kuning

Karet Alam Siklik
Apabila karet alam yang telah dicampur dengan katalis asam dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia. Perubahan struktur molekul karet alam tersebut dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari keadaan rantai lurus menjadi rantai siklik. Perubahan ini diikuti dengan peningkatan titik leleh, densitas dan indeks refrasinya, hasilnya dinamai karet alam siklik atau karet siklo.


Siklisasi Karet Alam Padat
Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat dengan katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur Banbury, lalu lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125 C – 145 C selama 1–4 jam. Jika katalis asam yang digunakan berbentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert. Karet alam siklik biasanya digunakan sebagai bahan pengisi bahan jadi karet, dengan tujuan meningkatkan ketahanan kikis bahan jadinya. Selain itu karet alam siklik yang diperoleh dari siklisasi karet alam dalam keadaan padat juga dapat digunakan sebagai bahan baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaaan halus lainnya.


Keunggulan Karet Siklik
Karet alam siklik berbeda dari karet alam asalnya, karena telah berubah menjadi produk baru seperti resin. Walaupun telah berubah menjadi sejenis resin, karet alam siklik tidak kehilangan beberapa sifat unggul karet alam. Karet alam siklik masih dapat divulkanisasi, dan daya lekatnya lebih baik daripada karet alam asalnya, karena karet alam siklik bersifat keras dan kaku dalam keadaan dingin.

Dengan keunggulan daya lekat yang mampu merekatkan karet pada logam atau permukaan licin lain dengan baik, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan baku atau bahan peningkat daya lengket dalam pembuatan perekat elastis, serta bahan baku produk yang memerlukan kekuatan dan daya lekat baik seperti cat, pelapis, dan tinta cetak. Dengan sifatnya yang ringan, kaku dan dapat divulkanisasi, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi atau resin pengkaku barang jadi karet tertentu.


Resiprena 35
Karet alam siklik telah diproduksi di Indonesia dengan merek dagang resiprena 35. Pabriknya merupakan relokasi dari Italia, sehingga menggunakan teknologi siklisasi pabrik asalnya, yaitu siklisasi larutan karet alam. Hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, meneruskan pabrik asalnya.

Resiprena 35 berhasil dengan baik diuji cobakan sebagai pengeras dalam pembuatan perekat kayu lapis, dan sebagai pengikat (Binder) dalam pembuatan cat marka jalan, dalam pembuatan sol dan alas karet, dan cukup mampu mengeraskan dan mengkakukan barang jadi karet tersebut. Resiprena 35 dicampur dengan karet alam siklik dari lateks pekat dapat memperlihatkan daya rekat yang cukup baik dalam melekatkan karet pada logam. Demikian sedikit ulasan sejarah ditemukannya getah karet yang sekarang banyak sekali pamanfaatannya dari industry-industri otomotif, fashion, olahraga, perabotan rumah tangga dan masih banyak lagi.

Dengan kata lain permintaan getah karet baik dalam bentuk latek yang baru saja dipanen, karet olahan setengah jadi (bahan baku) atau karet jadi, kedepannya akan semakin meningkat. Hal itu akan membuka peluang usaha di bidang karet ini sangat potensial sekali dan menguntungkan bagi mereka yang jeli melihat peluang bisnis ini. Selain dari ruang bisnisnya yang luas, yaitu bisa dimulai dengan usaha kepemilikan perkebunan karet, usaha jual-beli getah karet, sampai dengan usaha pengolahan getah karet setengah jadi yang siap diekspor yang tentu nilai jualnya menjadi sangat tinggi.

VIDEO GAMBARAN KARET PERKEBUNAN DAN PENGOLAHANNYA.



0 komentar:

Entri Populer